Home

Selasa, 11 Januari 2011

Stres Penyebab Depresi

Dijaman sekarang ini banyak orang yang mengalami stress, hal ini diakibatkan mungkin karena tekanan pada batin seseorang. Saya sempat baca artikel dari salah satu surat kabar. bahwa Stress diakibatkan karena Pekerjaan yang menumpuk, macetnya jalanan ibu kota, kenaikan harga kebutuhan rumah tangga, mungkin telah menjadi rutinitas Anda. Dalam waktu yang lama, kondisi tersebut bisa membuat Anda stres. Tanpa penanganan yang tepat,stres ini pun bisa beranjak ke tahap yang lebih serius yakni depresi. Staf pengajar Bagian Psikiatri FKUI/RSCM, Dr Suryo Dharmono SpKJ (K),menyebutkan,stres adalah respons mental seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Orang hidup tidak mungkin terhindar dari stres.

“Tetapi, stres tidak selalu berarti ’sakit’. Pada taraf tertentu, stres bermanfaat untuk mengembangkan kepribadian,” ucapnya dalam acara media edukasi dengan tema “Kalangan Profesional Rentan Depresi?” di Hotel Akmani, Jakarta,beberapa waktu lalu Suryo mengatakan, dalam kadar tertentu, stres diperlukan untuk menyiapkan individu menghadapi ancaman,dan ini yang disebut juga eustress. Sebaliknya, stres yang berlebihan atau berkepanjangan akan merugikan individu yang nantinya menambah penderitaan. Stres seperti ini disebut sebagai distress. Gejala seseorang menderita distress, di antaranya, apabila kemampuan seseorang menghadapi masalah menurun.

Stres seperti ini juga telah menyebabkan berbagai keluhan psikis (mental emosional) maupun fisik.Distressjuga bisa menyebabkan hambatan dalam kehidupan psikososial,seperti dalam hal pergaulan, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang. Kenali gejala stres sedini mungkin. Gejala stres bisa timbul dalam keadaan yang beragam. Antara lain perasaan cemas, khawatir, ketakutan, gelisah, agresif, emosi labil, cepat tersinggung,mudah marah, frustrasi, malas, dan apatis. “Jika tekanan atau stres yang diderita seseorang tidak bisa diatasi dengan baik, maka akan terjadi kondisi depresi yang dapat mengganggu fungsi saraf,”ujarnya.

Seseorang bisa mengalami depresi karena tiga faktor yang saling berkaitan,yaitu faktor biologi,psikologi, dan sosial. Penelitian menyebutkan bahwa faktor biologi yang berpengaruh adalah adanya sistem neurotransmitter di otak yang terganggu, yaitu sistem serotonin di dalam otak.Adapun yang terjadi adalah kurangnya zat tersebut di celah sinaps sebagai penghubung antarsistem saraf.Kondisi psikologis seseorang juga sangat berpengaruh terhadap timbulnya depresi. “Faktor risiko, seperti kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintai, menderita penyakit berat, kesendirian, atau bencana alam bisa menjadi pemicu yang sering kali menimbulkan depresi bila daya tahan adaptasi orang tersebut tidak baik,” tutur ahli kejiwaan ini.

Lingkungan sosial memiliki pengaruh yang cukup besar untuk memengaruhi timbulnya depresi. Selain itu, kehidupan sosial yang berat, ekonomi yang kurang, pergaulan yang tidak sehat juga mampu menjadi faktor pemicu depresi. “Kalangan yang rentan terkena depresi adalah remaja dan usia lanjut karena adanya konflik mengenai peran atau identitas diri,” ucapnya. Suryo mengatakan,gejala yang menunjukkan seseorang mungkin mengalami depresi adalah jika suasananya murung,sering merasa sedih tanpa alasan yang jelas, mengeluh atau menghindar bertemu orang lain tanpa alasan yang jelas. Ada beberapa cara untuk mengatasi stres berkepanjangan dan mencegah terjadinya depresi. Di antaranya dengan memperkuat daya tahan adaptasi terhadap stres.

Cara yang bisa dilakukan, di antaranya dengan melatih pikiran positif, beribadah, dan membaca buku-buku yang memicu motivasi. Selain itu, perkuat daya tahan tubuh secara fisik dengan berolahraga teratur, makan makanan yang bergizi,dan istirahat yang cukup. Olahraga membuat endorphine keluar sehingga menyebabkan rasa senang,menyantap makanan yang bergizi, dan mengurangi stimulan di dalam makanan seharihari (kopi,rokok,perasa,termasuk juga gula dan garam yang terlalu banyak) akan membuat badan lebih sehat. “Istirahat yang cukup juga sangat membantu pemulihan kondisi tubuh yang tidak sehat,” ungkapnya.

Makanan seperti cokelat atau makanan pedas memang mampu meningkatkan endorphine di dalam tubuh. Endorphine adalah suatu zat hormon yang diproduksi di dalam tubuh yang berfungsi meningkatkan rasa senang dan menghilangkan rasa nyeri.Namun, sesuatu yang harus diingat, hal ini terjadi jika belum terdapat kerusakan atau keseimbangan yang terganggu di dalam otak akibat stres atau depresi. Psikolog keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT-UI), Ratih Andjayani Ibrahim MPSi, menuturkan, cokelat memiliki segudang manfaat, termasuk untuk kesehatan.

“Cokelat telah dipercaya sejak dulu sebagai minuman pahit, namun enak,yang tidak hanya memengaruhi fisik, juga psikologis,” sebutnya Walaupun cokelat bukan untuk menyembuhkan stres,cokelat bisa digunakan untuk mengatasi stres. Dengan kata lain, cokelat bisa membantu orang yang sedang dalam kondisi tidak nyaman atau stres akut menjadi sedikit lebih tenang walaupun sifatnya sementara. “Sampai saat ini, zat yang dipercaya berhubungan dengan penanganan depresi adalah asam folat dan vitamin B12. penambahan asam folat dalam terapi pasien depresi banyak dipakai, termasuk oleh saya sendiri,”ucapnya. Selain itu,banyak penelitian mengatakan bahwa minyak ikan dan omega 3 juga mempunyai efek yang baik dalam membantu penanganan depresi.

Walaupun cokelat nikmat disantap dan kandungan lemaknya adalah lemak nabati yang sama sekali tidak mengandung kolesterol dan bisa mengatasi depresi, bukan berarti cokelat bisa dimakan berlebihan.Konsumsilah cokelat yang cukup dengan melakukan pola hidup sehat sehingga depresi pun bisa teratasi.

Tidak ada komentar:

Duniasoccer

VIVAnews

Okezone.com

Kompas.com